RANGKUMAN
BAB IV
PEMBERDAYAAN
MELALUI PELATIHAN
Pengembangan Sumber Daya Manusia, merupakan upaya
dalam mengembangkan sumber daya manusia agar produktif dalam bidang pekerjaan
yang ditekuni. Sedangkan kondisi kualitas tenaga kerja saat ini belum adanya
keseimbangan antara kualitas tenaga kerja terhadap kualitas pendidikan,
akibatnya peluang kerja tidak bisa terpenuhi secara utuh oleh kemampuaan
kulitas pendidikan.
Rendahnya angkatan kerja di pasar kerja global,
tidak terlepas dari permasalahan kebijakan dalam pengembangan SDM. Hal
disebabkan karena:
1. Belum adanya informai ketenagakerjaan yang
konkrit meliputi kwalifikasi kerja, upah yang akan diberikan, dan klasifikasi
jabatan kerja.
2.
Rendahnya anggara pendidikan
3.
Kurangnya penelitian antara kualitas pendidikan, pengaruhnya terhadap pekerjaan
di pasar kerja
4.
Belum terciptanya koordinasi yang harmonis antara departemen Pendidikan dan
sektor ketenaga kerjaan.
5.
Pendidikan dan pelatihan masih belum terprogram dengan baik
6.
Perusahaan dan Industri masih belum mempunyai perencanaan SDM dan PSDM yang
baik.
Perencanaan
SDM, dalam mengisi kebutuhan kerja diperlukan perencanaan SDM dengan beberapa
tahapan antara lain:
1.
Analisis kompetensi, yaitu mengamati kemampuan tenaga kerja yang akan
dipersiapkan
2.
Analisis kebutuhan SDM, yang meliputi jumlah jabatan, pekerjaan yang akan
dikerjakan, dan jumlah SDM yang dibutuhkan.
3.
Analisis pembinaan SDM, yaitu kekurangan kompetensi yang dimiliki SDM perlu
ditambah melalui pelatihan.
A. STRATEGI PSDM
Pengembangan
Sumber Daya Manusia, bisa dilakukan dengan melalui pelatihan dan mengapa ini
sangat diperlukan karena :
1.
Sumber Daya Manusia, sangat menentukan produktivitas
2.
Adanya perubahan globalisasi
3.
Tenaga Kerja yang terampil sangat dibuthkan
4.
Perubahan IPTEK yang cepat
5.
Tempat kerja semakin komplek
6.
Perusahaan semakin sadar akan manfaat pelatihan.
Untuk
menindak lanjuti perlu pendekatan yang tepat agar dapat mendorong sumber daya
manusia untuk mengerahkan dan mengarahkan potensi yang dimiliki mengacu pada
perwujudan visi dan misi serta sasaran pelatihan. Sumberdaya manusia pelatihan
antara lain meliputi :
1.
Instruktur, atau tenaga fungsional
2.
Pembantu instruktur / asisten instruktur
3.
Administrasi pelatihan atau tenaga struktural
4.
Pustakawan
5.
Toolman
6.
Ketua jurusan
7.
Penanggung jawab pelatihan
8.
Penanggung jawab unit kerja
9.
Penanggung jawab bagian pelatihan
10.
Penanggung jawab bagian pengembangan
11.
Penanggung jawab bagian penempatan dan bursa kerja
12.
Penanggung jawab bagian pemasaran
B. PENGEMBANGAN SDM
DENGAN PELATIHAN
Latihan
adalah bagian dari pendidikan untuk meningkatkan kerampilan dluar sistim
pendidikan formal atau pendidikan yang berlaku, yang dilaksanakan dalam waktu
yang singkat dan lebih mengutamakan praktek dari pada teori. Ada tiga syarat
dalam latihan seperti yang disampaikan Moekijat (1991), menjelaskan bahwa ada
tiga syarat yang harus dipenuhi dalam latihan yaitu:
1.
Latihan harus membantu pegawai menambah kemampuannya.
2.
Latihan harus menimbulkan perubahan dalam kebiasaan bekerja pegawai, dalam
sikapnya terhadap pekerjaan, dalam informasi dan pengetahuan yang ia terapkan
dalam pekerjaa sehari-hari.
3.
Latihan harus berhubungan dengan pekerjaan tertentu.
Sebagai
pengelola pelatihan dibutuhkan personil yang mampu merencanakan latihan dengan
hasil kompetitif maksudnya outputnya mampu bersaing dengan masyarakat artinya
pelatihan tersebut bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Minimal seorang manajer
pelatihan setidak-tidaknya mampu mengendalikan hal-hal sebagi berikut:
1.
Kebutuhan latihan
2.
Pelaksanaan pelatihan
3. Eavaluasi pelaksanaa pelatihan
4.
Pengembangan pelatihan
5.
Kebijaksanaan pelatihan
6.
Negosiasi pelatihan
7.
Kolaboratif pelatihan
8.
Jejaring pelatihan
Pengembangan
pelatihan, didalam pengembangan pelatihan diperlukan kecakapan manajer dalam
memainkan peranannya (role playing) yang diawali dengan dengan mencetuskan
gagasan yang dinamis serta inovatif atau ramalan-ramalan kegiatan yang akan
datang misalnya pertumbuhan teknologi, pertumbuhan kebutuhan masyarakat.
Disamping pengembangan yang sifatnya seperti diatas atau eksternal ada juga
pengembangan internal yaitu yang terkait dengan staf pendukung penyelenggra
pelatihan antara lain: 1) sumberdaya manusia, 2) peralatan, 3) sistim
pengelolaan
Negosiasi
latihan atau Pemasaran latihan, dalam pemasaran seorang manajer bisa melakukan
negosiasi yang terkait dengan pelatihan, baik berfungsi sebagai penyelenggara
maupun sebagai jasa latihan bagi orang lain. Fungsi negosiasi tidak sesederhana
diartikan untuk pemasaran saja namun kegiatannya sebagai pemecah konflik antara
dua pihak. Negosiasi mempunyai peran penting dalam beberapa hal antara lain: 1)
menjalin hubungan, 2) tawar menawar, 3) perjanjian , 4) sengketa.
Pada
umumnya latihan dapat dibagi menjadi beberapa kelompok antara lain:
1.
Latihan pegawai negeri sipil
2.
Latihan kejuruan
3.
Latihan keahlian
4.
Latihan Kerja
5.
Tujuan Pelatihan
Secara
umum menurut Moekijat, tujuan latihan adalah
a.
Untuk mengembangkan keahlian sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih
cepat dan lebih efektif.
b.
Untuk mengembangkan pengetahuan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara
rasional
c.
Untuk mengembangkan sikap sehingga menimbulkan kwmajuan kerja sama dengan teman-teman
karyawan dan pimpinan.
d.
Untuk memberikan intruksi khusus guna melaksanakan tugas-tugas dari suatu
jabatan tertentu.
e.
Untuk membantu karyawan menyelesaikan pekerjaan yang baru dan untuk memberikan
kepadanya beberapa ide mengenai latar belakang pekerjaan.
f.
Untuk membantu pegawai dalam menyesuaikan diri dengan metode-metode dan proses
yang baru yang terus menerus diadakan.
6.
Sistem Latihan
Hurley
(1987 ) menyatakan tentang keberadaan pelatihan antara lain.
what
short of training are we talking about ? it must be clear from the putset that
thus study is examining all forms of training regardless of wheather it is
delivered an institution in plant, off- the job, on-the job through make
facilities or using distance learning techniques.
Apa yang dinyatakan oleh Hurley (1987) dapat
disimpulkan bahwa sistem pelatihan dapat dibagi menjadi : (1). Pelatihan
sepenuhnya diselenggarakan ditempat institusi yaitu in-plant training, (2)
pelatihan diselenggarakan ditempat peserta kerja yaitu of-the-job training, (3)
pelatihan yang diselenggarakan di lembaga latihan juga diselenggarakan
diperusahaan sebagai praktek kerja yaitu on-the-job training .
C. PELAKSANAAN
PELATIHAN KERJA
1.
Program pelatihan institusional.
Program
ini bertujuan untuk melatih para pencari kerja untuk mengisi lowongan jabatan
pekerjaan yang ada diperusahaan atau usahamandiri
2.
Program latihan non institusional.
Pelaksanaan
program pelatihan non institusional bertujuan untuk melatih angkatan kerja dan
pekerja terutama didaerah pedesaan sesuai kebutuhan lingkungannya. Pada program
ini peserta mendapat ketrampilan untuk meningkatkan produktivitas kerja menuju
usaha mandiri dilaksanakan diluar institusi dengan menggunakan kerjasama antara
pemerintah, lembaga latihan dengan masyarakat.
3.
Mobile Training Unit (MTU)
Sasaran
pelatihan model MTU umumnya digunakan untuk meningkatkan produktivitas para
pekerja yang ada dipedesaan dengan demikian daerah tersebut akan berkembang
sehingga dapat mengendalikan perpindahan/migrasi dari desa ke kota dengan
memotivasi masyarakat pedesaan untuk menghasilkan pendapatan didaerahnya
masing-masing.
Pelaksanaan
pelatihan MTU dapat dilakukan dengan beberapa persiapan antara lain,
1.
Analisa kebutuhan pelatihan
Analisa
kebutuhan latihan yang dimaksudkan adalah sampai sejauh mana kebutuhan latihan
tersebut diperlukan oleh masyarakat, dengan sendirinya kebutuhan tersebut
disesuaikan dengan potensi yang ada didaerah, misalnya bahan baku mudah
dijangkau baik dari segi tempat maupun harga, disamping itu hasil barang
produksi tersebut diperlukan oleh masyarakat.
2.
Tim Penyusun Kurikulum
Dalam
penyusunan kurikulum agar tim ada upaya untuk mengutamakan perkembangan
kebutuhan masyarakat yang bersifat humanistik.
3.
Penyiapan Elemen Belajar
Untuk
menyiapkan elemen belajar yang perlu diketahui antara lain, tujuan belajar
kemudian materi yang akan diajarkan.
4.
Program pelatihan pesanan (Tailor made training).
Program
ini bertujuan untuk melatih pekerja dalam berbagai kejuruan sesuai dengan
kebutuhan yang diminta oleh perusahaan atau instansi tertentu, untuk
meningkatkan ketrampilannya dalam bekerja.
D. DASAR PENYUSUNAN
PROGRAM LATIHAN
Dalam
pelaksanaan pelatihan dibutuhkan penyusunanan program latihan yang tepat dan
pelaksanaan tersebut tidaklah mudah dilakukan. Ada kaitan atau ketergantungan
antara isi program latihan dengan sasaran latihan, dan erat pula hubungannya
dengan penempatan. Pelatihan sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan suatu
pekerjaan.
Dengan
demikian penyusunan mataeri penyajian atau materi instruksional adalah tahap
yang terpenting sesudah program latihan atau kurikulum dan silabus diperoleh.
Penyusunan ini tidaklah semudah yang dibayangkan. Landasan dasar penyusunan suatu
materi perlu mempertimbangkan aspek-aspek antara lain, (1). Hubungan antara
instruktur dan siswa, yang menyangkut tentang paedagogik maupun sosiologinya.
(2). Teknis aplikasinya, yang meliputi kebijakan, dan tujuan yang hendak
dicapai. (3). Dana , menyangkut tentang bahan, dan jumlah jam latih.
1.
Teknik Penyusunan Program Latihan
Untuk
membedakan antara fungsi dan tugas yang dibebankan pada jabatan diuraikan pada
deskripsi jabatan (Job Description).
Didalam
analisa tugas merupakan uraian ihtisar pada salah satu tugas jabatan maka
secara terperinci hal ini memerlukan analisa tertentu yang dikeal sebagai
analisa tugas (task analisis), dengan mengunakan suatu nalisa yang sederhana
maka akan diperoleh gambaran tentang uraian suatu tugas yang meliputi :
1.
Frekuensi Kerja
2.
Tingkat peranan
3.
Kesulitan
2.
Tipe Keterampilan
Suatu
analisa ketrampilan yang sederhana yang digunakan pada setiap elemen atau unit
pengajaran, elemen akatifitas latihan memerlukan informasi yang jelas dari
setiap macam ketrampilan. Untuk analisa ini maka perlulah diuraikan berbagai
macam ketrampilan atau pengetahuan yang akan disajikan dalam : 1). Tata uraian
langkah kerja, 2) tipe ketrampilan yang digunakan, 3) tehnik ketrampilan yang
digunakan, 4) mesin dan peralatan, bahan dan sebagainya yang diperlukan, 5)
serta berbagai informasi lainnya.
3.
Pendekatan Dalam Penyusunan Program Latihan
Seperti
diuraikan sebelumnya, suatu program latihan bergantung pada kebutuhan pekerjaan
atau dengan kata lain harus beroreantasi kepada penempatan lapangan pekerjaan .
Dalam
merumuskan penyusunan elemen pengajaran, antara lain mencakup:
a.
Tata susunan Kurikulum dan Silabus mata pelajaran yang akan disajikan.
b.
Penyusunan tata penyelenggaraan atau metodologi penyajian kurikulum perlu
dilakukan dengan penyesuaian tahap dan langkah penyajian antara mata pelajaran,
antar silabus, dan hubungan ketergantungan antara tehnik dan metoda penyajian
yang diberikan.
c.
Pengadaan fasilitas penyajian latihan meliputi persiapan pengajaran seperti
pengadaan alat-alat peraga, bahan-bahan latihan yang diperlukan, peralatan
mesin dan kondisi lingkungan latihan yang memenuhi persyaratan minimum.
4.
Penyusunan Kurikulum dan Silabus
Untuk
menyususn kurikulum perlu dituliskan dalam kalimat pasif dan mata pelajaran
yang tercantum tersebut akan mencerminkan fungsi kegitana kerja dalam struktur
alatihan atau jabatan yang sesuai dengan program latihannya.
latihannya
akan membuat semakin jelas dalam uraian penyajian latihan. Menurut James B
Macdonald ( Piner, 1975) untuk menyusun kurikulum hendaknya :1). Bisa
memberikan kerangka pegangan dalam pengembangan dan pengarahan kegiatan
kurikulum, 2) bisa mengidentifikasi dan menjelaskan variabel-variabel dan
hubungannya dengan aspek kurikulum yang dapat divalidasi secara empiris, 3)
memberikan suatu perangkat prinsip-prinsip dan hubungan yang dapat diuji secara
empiris didalam pengembangan kurikulum.
E. PRINSIP PELAKSANAAN
PELATIHAN
1.
Merencana Materi Latihan
Didalam
merencanakan rencana materi latihan hendaknya memperhatikan sayarat sebagai
berikut:
a.
Lengkap, mencakup semua komponen pelajaran
b.
Mudah diikuti atau dimengerti
c.
Diatur dalam bentuk dan susunan yang sistimatik
d.
Berisi langkah-langkah yang penting, kata-kata, catatan, dan pertanyaan yang
diperlukan
e.
Berisi hanya bahan materi yang berhubungan dengan materi latihan
f.
Digunakan oleh Instruktur, bukan oleh siswa
g.
Digunakan sebagai pedoman dalam penyampaian materi latihan.
2.
Format Rencana Pelajaran (mata latihan)
Rencana
pelajaran disusun untuk digunakan bagi instruktur dalam membedakan lembaran
pengajaran. Antara lain rencana rencana tersebut berurutan sebagai berikut:
a.
Judul materi, judul hendaknya ditulis dengan jelas tujuannya untuk menyatakan
pada instruktur dan siswa secara pasti bagian materi yang akan diajarkan.
b.
Tujuan latihan¸menyatakan secara singkat dan teliti perubahan yang diharapkan
pada kemampuan siswa setelah selesai latihan.
c.
Menekankan perubahan kemampuan siswa dalam bentuk yang dapat diamati dan dapat
diukur atau dinilai.
d.
Alat peraga, alat yang akan dipakai ditulis dengan mensertakan daftar dari lata
yang akan digunakan dalam mengajar, sekaligus mengingatkan kepada instruktur
alat peraga apa yang akan disiapkan dalam mengajar.
e.
Metoda mengajar, metoda hendaknya dipersiapkan metoda mana yang paling cocok
untuk mengajar materi tersebut, apakah dengan soft tolk, demonstrasi, tanya
jawab, ceramah dan lain-lain
f.
Pendahuluan, sebagai langkah awal atau pemanasan yang diawali dengan mengabsen
peserta , mengingatkan kembali materi yang telah dibahas sebelumnya dan
memperkenalkan topik yang akan disajikan, menjelaskan tujuan belajar dalam
materi yang akan diajarkan, mengecek pengeahuan yang sudah dimiliki sekedar
menggugah materi yang lalu.
g.
Penyajian, pada langkah penyajian dalam rencana pelajaran dituliskan kerangka
isi pelajaran secara teliti, penggunaan secara garis besar dari pelajaran tahap
demi tahap, langkah-langkah penting dan kunci-kunci kerja, keselamatan kerja,
kegiatan siswa, alat peraga, kegiatan instruktur.
h.
Aplikasi, , langkah-langkah dalam aplikasi berisikan Pernyataan tugas siswa
untuk mencobakan ketrampilan atau pengetahuan yang sudah disajikan pada
langkah-langkah penyajian dengan bantuan instruktur bilaman perlu, menguraikan
secara tegas semua pertanyaan siswa.
i.
Evaluasi, berisikan tentang pernyataan yang jelas tentang kegiatan yang harus
dilaksanakan siswa tentang test praktek, test obyektiv, tugas pekerjaan
rumah,dan tugas-tugas lainnya, dan prosedur evaluasi.
3.
Menyusun Tes Belajar
Dengan
menyusun tujuan belajar yaitu untuk mengetahui kemampuan yang diharapkan oleh
siswa yang dapat diukur keberhasilannya. Fungsi tujuan belajar tidak lain untuk
menentukan pedoman dalam, pemilihan isi pelajaran latihan, menyusun evaluasi
hasil belajar, penyiapan bahan serta peralatan latihan, penentuan urutan
penyajian latihan serta lama latihan. Definisi belajar adalah proses perubahan
tingkah laku melalui pengalaman.
Fungsi
tujuan belajar, tujuan belajar merupakan pedoman dalam : 1) pemilihan isi
pelatihan, 2) penyusunan evaluasi hasil belajar, 3) penyiapan bahan maupun
peralatan pelatihan, 4) penentuan urutan penyajian pelajaran, 5) perencanaan
lama pelatihan. Contoh tujuan belajar: 1) kejuruan elektronika, siswa akan
mampu mengukur besar tahanan dalam transistor 2) kejuruan perhotelan siswa akan
mampu menata ruang tamu dengan serasi dan nyaman.
4.
Penyusunan Materi Instruksional
Materi
instruksional diartikan sebagai bagian tertentu dari mata latihan /pelajaran
yang diajarkan oleh instruktur atau pengajar. Dalam penyajian materi hendaknya
dimulai dengan cara bertahap dimulai dari materi pelajaran yang mudah menuju
materi pelajaran yang sulit, sepertihalnya naik tangga. Atau dari yang harus
diketahui menuju kepada yang baik diketahui, dari yang nyata ke yang abstrak,
dari yang sederhana menuju ke yang lengkap dan dari hal menyeluruh menuju hal
yang rinci.
Menurut
RS. Bloom, tujuan belajar dibagi menjadi tiga yaitu cognitive, psychomotor dan
affective, Cognitive menurut Gagne terdiri dari verbal information,
intellectual skill dan cognitive strategi.
F. PENGERTIAN OUTPUT
DAN OUTCOME
Didalam
sistim pelatihan pelaksanaanya mulai dari masukan, proses, keluaran, kemudian
menuju ke dunia kerja atau penempatan kerja. Dunia kerja merupakan dampak dari
pelatihan. Jadi output merupakan lulusan latihan , outcome itu merupakan dampak
dari pelatihan sehingga mampu bekerja di perusahaan maupun bekerja sendiri
diatas kaki sendiri (bekerja secara mandiri). Untuk menentukan kwalifikasi
lulusan bisa ditentukan oleh kebijakan yang disesuaikan dengan kebutuhan
latihan .
Tabel
1.Perbedaan antara output dan outcome
NO URAIAN OUTPUT OUTCOME
1 Hasil Latihan Sertifikat KETERAMPILAM
2.
Efek social Belumtentu
bekerja Pasti
bekerja
3
Pengukuran Nya Jumlah lulusan Jumlah pengguna
4
Yang ingin Dicapai Ketrampilan Pekerjaan
5 Motivasi Pengalaman Penghasilan
G. PELATIHAN DENGAN
MEMBENTUK OUTCOME
1.
Perencanaan
Untuk
mengawali pelatihan ini lebih dahulu harus berangkat tujuan yang hendak
dicapai. Tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan harapkan peserta latihan. Maka
kondisi yang seperti ini tidak lepas dari pengaruh kehendak peserta pelatihan
dan kebijakan penyelenggara pelatihan.
Hurley
(1987) menjelaskan bahwa aktivitas perencanaan trainingdinyatakan sebagai
berikut : “(1). identification of training needs, (2). identification of
trainee specifications, (3). preparation of Training obyective, (4). planning
of training programme, (5). identification of strategies and resources, (6).
preparation of learning strategy, (7). implementation of evaluation criteria “.
2.
Pelaksanaan
a.
Mengadakan koordinasi antar institusi
Tujuan
koordinasi adalah untuk mengadakan penyatuan pendapat didalam menentukan
program latihan yang akan dilaksanakan, serta pembagian tugas dari
masing-masing anggota.
Kurdi
(1998) menjelaskan bahwa koordinasi tersebut dapat diwujutkan :” (1) dalam
bentuk team, (2) musyawarah dan mufakat, (3) peran serta semua fihak,(4)
kesepakatan kualitas.”
b.
Pelaksanaan pelatihan Dalam pelaksanaan pelatihan yang dipersiapkan Instruktur
antara lain,: (a). mempersiapkan matrik latihan, (b) Mempersiapkan jobs sheet,
( c ). mempersiapkan peralatan latihan dan bahan latihan.
c.
Pembentukan kelompok usaha
Sesuai
dengan program pelatihan, peserta pelatihan tersebut diwajibkan untuk melakukan
on the job training ditempat-tempat pengusaha selama 2 bulan. Selesai melakukan
on the job training, lulusan (output ) tersebut dari masing-masing kelompok
maupun individual untuk mencari lahan usaha.
d.
Monitoring dan pengembangannya
Setelah
uasaha tersebut berjalan, kegiatannya dipantau oleh team monitoring yang
terdiri Dinas perburuhan sesuai dengan Perda Nomer 4 tahun 1991 yang berbunyi “
mengendalikan dan memantau latihan” disampaing itu ditambah dari Depnaker yang
disampaikan oleh Dirjen Binapenta yang anggotanya terdiri dari Kanwil Depnaker,
Kandepnaker dan Balai Latihan Kerja serta dibantu oleh BPP-UMSI.
NPM : 21217209
KELAS : 4EB10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar